Pasangan : berawal dari orang lain, tetap perlakukan seperti orang lain!


Hallo teman-teman yang aku cintai dimanapun berada. Apa kabar kamu dan pasanganmu? Semoga selalu diberkahi kebahagiaan, keselamatan, kesejahteraan, dan selalu bersama untuk menggapai ridha-Nya, Tuhan sang Maha Cinta. 

Oke, aku mau nanya nih, cukup di jawab dalam hati dan direnungkan.Pernah gak kamu merasa bahwa pasanganmu tak cukup untukmu? Pernah gak kamu iri sama kehidupan berpasangan orang lain? Pernah gak kamu coba memperlakukan pasanganmu seperti apa yang orang lain lakukan terhadap pasangannya tapi gagal? Pernah?. Kalau gak pernah, berbahagialah kamu dan pasanganmu. Kalau sedang mengalami, tenang! Bukan berarti gak indah, kamu bisa kok buat semuanya indah. Baca tulisanku sampai selesai ya. 

Judul yang aku angkat adalah pasangan kita adalah orang lain, selamanya. Bukan berarti, dia seperti orang asing dan membuat terasing. Tapi, ini lebih ke perlakuan bahwa, tak semua pasangan bisa diperlakukan seperti seorang teman yang penuh keakraban, yang kamu bisa kapanpun mencaci makinya lalu tertawa lagi, memegang kepalanya, mencubitnya, meminta tolong kapan saja, dan  hubungan berpasangan pun menjadi asyik, penuh canda dan tawa. Tapi, di satu sisi kehidupan lain, rasa segan, sungkan, ternyata untuk sebagian pasangan yang menganut paham adaptasi dan beda, aku pikir harus ada. Emang gimana sih? Gini-gini aku ceritain, dari pengalaman dua tahun aku menikah. Bukan menggurui ya, cuma berbagi.

Awalnya, aku pikir aku bisa seperti itu. Membayangkan bahwa aku bisa memperlakukannya seperti yang aku mau, karena aku sejak dulu ingin punya pasangan yang bisa aku jadikan teman, dan ya beberapa teman di sekitarku pun memiliki pasangan ya seperti itu. 

Satu tahun pernikahan, aku memaksakan polaku dengan menganggapnya adalah seorang teman, untuk menghilangkan kikuk hubungan suami istri yang dekat dengan kaku. Tapi, semuanya menjadi buruk. Sampai akhirnya aku dapatkan cara lain.

Aku coba memperlakukan, pasanganku seperti orang lain, orang yang baru aku kenal *gak kaya orang lain banget, tapi ada nilai yang aku terapkan sama seperti aku baru kenal sama orang lain*. Tetap penuh sopan pantun, berbicara lemah lembut, ada rasa sungkan, segan, selalu mencoba mengetahui apakah hatinya sedah oke atau tidak, memelankan suara saat berbicara, mengaku salah walau sebenernya gak salah-salah banget. Karena biasanya kan, kalau kita sama orang lain, yang baru kenal, pasti ramah, sifat asli gak dikeluarin semua. Nah, aku tuh tadinya ingin gak ada jarak gitu, tanpa aturan dan sopan santun wkwkwk. Biar original gitu. Ternyata ya pasanganpun, masku khususnya gak bisa aku kasih melulu sifat originalku yang busuk ini. Aku harus belajar lemah lembut cangkang keong tanpa fake. Karena ibadah coy, membahagiakan suami.

Jadi, dulu awal nikah, waktu aku minta tolong, ya aku minta tolong aja, "Mas, fotoin aku dong", terus kalau hasil fotonya gak bagus pasti aku ngambek, dan kita ngambekan untuk hal yang gak perlu, jadi runyam pokoknya. Dan, sekarang, seiring berjalannya waktu, setiap aku mau minta tolong, aku pasti cek dulu, beliau lagi OKE, atau GAK, nanya dulu beliau lagi sibuk atau enggak *tapi hal.ini belum berlaku kalau aku kelupaan bawa handuk ke kamar mandi, aku tetep teriak-teriak minta tolong bawain handuk* wkwkw. Terus, kalau hasilnya gak sesuai ekspektasi, aku coba arahin, dan aku tanya "keberatan gak kalau ulangi lagi" dan cara itu berhasil, beliau gak cemberut, ditambah aku pun  seneng karena hasilnya bagus. Dan, itupun berlaku untuk hal apapun yang menyangkut aku untuk minta tolong sama mas. 

 Gak sampai disini, aku mencoba membuat hal apapun yang gak berhubungan dengan dunianya, menjadi sebuah hubungan profesional, semisal nih, aku ada review ke sebuah tempat dan butuh ada yang videoin, waktu dapat feenya aku bagi dua, atau aku traktir beliau makan, karena apa? Karena dunia aku dan pasanganku berbeda. Pernah denger waktu adalah emas? Nah, itu dia! Aku udah ambil waktunya dia, buat masuk ke dunia aku yang jelas dia gak ngerti dan gak suka tapi mau nolongin aku. Masa ia cuma bilang thanks doang, sama orang yang bakal aku sering susahin wkwkw.

Awal-awal pernikahan, aku kalau ajak dia kemana gitu ya, yang berkaitan sama kerjaan aku, ya aku santai aja, gak peduli apakah beliau mau, atau beliau lagi ada kerjaan. Punya pasangan yang beda dunia, jangan jadi keluhan ya guys. Karena awal-awal aku dengan naifnya bilang, pasanganku gak pengertian, gak mau ikut sama duniaku, tapi setelah dipikir lagi, ngapain juga maksa orang buat masuk ke dunia aku. 

Tapi, setelah aku coba cara tersebut, sekarang mas kalau aku mintain tolong ya semangat, mas nolong aku bukan karena feenya ya wkwk, karena ada juga kan seperti yang aku bilang, gak semuanya aku dibayar, tapi ya dengan memperlakukan mas seperti tadi, meminta tolong dengan liat moodnya, profesional karena aku uda ambil jatah waktunya jadi aku ngetreat beliau dengan istimewa. 

Aku kepikiran hal ini karena ya kepikiran aja, karena kalau kita minta tolong sama orang lain, orang yang gak kenal deket, semisal aja sama mang baso aja, aku pasti sopan gitu ya, ramah, lemah lembut, kenapa aku gak minta tolong sama mas dengan seperti itu. Setelah dipikir-pikir lagi, aku senang sama mas, karena gak terpaksa jadi apa yang aku mau, tanpa aku tahu. Aku berterimakasih karena sifatnya yang menunjukan pernah gak suka sama apa yang aku lakuin, yang terlalu memaksakan mas buat suka sama dunia aku. 

Temen aku pernah bilang bahwa sebelum kita ketemu sama pasangan kita, ya kita adalah orang lain. Bukan siapa-siapa, terus kenapa kita harus ngebentuk dan maksa pasangan kita jadi apa yang kita mau. Gak gampang sih emang bertarung dengan ego. Kadang suka kabita liat pasangan yang punya dunia yang sama. Tapi, percayalah pasangan kita adalah hal terbaik yang Tuhan percayakan untuk kita jaga. Aku pun sekarang makin menghargai kehadiran mas sebagai pasangan aku. 

Rasa sungkan, santun, dan lemah - lembut seperti saat bertemu orang lain, menjadi tumbuh sendirinya untuk aku terhadap mas. Dan its work heheh.

Semoga bisa diambil hikmahnya hihi. Semua pasangan pasti punya cara masing-masing buat memperlakukan pasangannya. Seiring berjalannya waktu, pasti tahu deh harus gimana. Yang sama pasangannya masih bisa becanda lo - gue, bisa berkata kasar, bercanda ketawa, punya dunia yang sama, selamat, hidupnya pasti indah seperti bukit hijau, adem saling meneduhkan. Tapi, untuk yang hidup bersama, penuh beda, ada tangis luka dan drama, selamat! Kamu dan pasanganmu tetap indah karena beda, layaknya pelangi, penuh warna. 

Komentar