Bolehkah Aku Mengeluh ?

Kalau dibaca judulnya sedih banget yak hihi. 

Tapi, di tulisan kali ini aku bukan mau ngeluh. Cuma baru sadar akan suatu hal, semakin dewasa, mengeluh adalah hal yang merugikan. Karena saat mengeluh, kita gak pernah tahu, apa yang akan orang sampaikan. Bisa jadi menyakitkan, disepelekan, dijadikan perbandingan, atau tidak ada respon seperti yang diharapkan. Meskipun, sebenarnya mungkin tak ada maksud buruk dari siapapun yang mendengarkan keluhan kita. Bisa jadi mungkin itu cara mereka memotivasi.



Memang semakin dewasa, pasti makin ngerasa lelah * atau aku aja? *. Kadang mulut suka ingin cari perhatian, dengan mengeluh, tapi yang didapat hanyalah jiwa semakin mengaduh. Inginnya dipeluk, tapi tak disangka malah jadi semakin pelik. 

Berharap orangtua, pasangan, sahabat, followers * hahah * bisa selalu menyemangati, tapi pada kenyataannya, ya mereka juga punya kehidupan masing-masing. Mungkin, kadang suka timbul rasa iri ketika melihat, dan mendengar cerita bagaimana rasanya memiliki orangtua menjadi pendengar yang baik, seseorang yang selalu diperlakukan manis oleh pasangannya, memiliki sahabat yang selalu ada, dan kebahagiaan orang lain lainnya yang kita rasakan tidak punya akan hal itu.  Tapi, ya jalan hidup manusia gak bisa disamakan. Dan, gak bisa juga dipaksakan. 

Jadi, bagaimana caranya mengeluh? Tak mungkin juga menyimpan sakit sendirian. Mungkin terdengar KOLOT banget ya, jawabannya adalah BERDOA. 




Berdoa yang baik dan benar, memohon ampun, tanpa menyalahkan dan menuangkan amarah kepada siapapun, lalu bersyukur atas rahmat Tuhan bisa melewati ujian satu ke ujian lainnya. Itu sih kata temenku, wkwkw. Saat berdoa, dan mengadahkan tangan, air mata yang jatuh tak akan jadi perdebatan, Tuhan tidak akan memojokanmu " HAH, cengeng banget kamu! ".

 Dengan berdoa yang baik,mengikhlaskan sesuatu yang terjadi, akan semakin membentuk jiwa-jiwa yang positif. Ya, walaupun pasti energi negatif ada saja menggoda. Tapi, setidaknya minimal tahu, bahwa mengeluh itu sangat-sangat merugikan. 


PRnya mungkin tinggal bagaimana caranya mengemaa keluhan didepan manusia menjadi bukan suatu hal yang merepotkan. Ini sih PRnya. Belajar membaca situasi saat akan menyampaikan sesuatu tanpa drama.

 Dan, berani menghadapi kalau semisal semua cara dilakoni, tapi tetap berujung konflik berarti jangan pernah bebankan orang itu lagi dengan beban kita, itu haknya untuk untuk mensejahterakan hidupnya, siapapun orangnya sekalipun itu orang yang amat sangat dekat. Satu lagi, jangan menyalahkan diri, ingat membahagiakan diri sendiri bukan tanggung jawab penuh orang lain, kita punya bahagia tanpa harus menyalahkan siapapun termasuk diri sendiri, jangan merasa sepi, jangan merasa kapok, teruslah belajar kuat dan terus belajar berkomunikasi dengan orang terdekat untuk menciptakan energi positif. 

#NP : Badai Pasti Berlalu 

Semangat untuk mengemas keluhan jadi  kekuatan. Dan  yakinkan dalam hati tentang kekuatan doa!! 



Note : tangkapan layar ini adalah perbincangan aku sama temenku lewat DM Instagram, sebenernya yang kami bahas adalah hikmah dibalik pandemi yang sedang terjadi di muka bumi ini. Lalu, temenku, cewe Garut satu ini berbagi tanpa menggurui, tentang hal apa saja yang dilakukan saat berdoa. Dan, ya ternyata apa yang ia ceritakan, sangat nyambung dengab topikku saat ini hihi. 

Komentar