Mellodrama GTM - Gerakan Tutup Mulut

  “Mah, aku punya adenya satu aja ya” *JLEBBB!!



Akhirnya bun, aku kealami juga momen-momen drama GTM alias Gerakan Tutup Mulut . Sebelumnya, kenalan dulu ya, aku Novita seorang momi dan juga suka bikin konten-konten “cacantikan” gitu, Tapi, sekarang aku gak akan ngebahas tentang make up atau skincare, aku ingin sharing cerita ini, karena momen ini gak bisa aku lupakan.

Anak pertamaku saat ini usianya 2,5 tahun lebih. Masya Allah.

Semenjak dia kenal makanan, dia udah terbiasa makan sendiri, karena mamanya sok sibuk ;’) sampai akhirnya kemarin setelah lebaran, aku merasakan semua yang dia lakukan kemarin-kemarin sebelum GTM, adalah bukan hal yang biasa. Aku menganggap aktifitas makan sendirinya yang lahap  itu BIASA AJA ;').

 TERNYATA!! Itu adalah nikmat privilege buat aku, yang gak aku syukuri. Aku jadi terharu, meluk dia berkali-kali waktu susah makan, kenapa waktu kemarin-kemarin saat dia mandiri untuk makan, aku menganggap itu bukanlah sebuah hal yang patut aku syukuri. Biasanya, sambal dia makan, aku bisa mengerjakan pekerjaan lainnya, paling aku cuman nyemangatin dia makan, nemenin dia sebentar setelah baca doa makan.

Tapi, setelah GTM kemarin, aku harus kesulitan menemani dia makan, sempat lari-larian sambil suapin, waktu untuk makan bisa berjam-jam tapi sulit habis. Bisa masuk 2 suap juga perjuangannya kebangetan. Sampai akhirnya, aku coba ikhlas, coba tenang setiap bertemu jam makan, mencoba tenang setiap ada yang bilang anakku kurusan, dan memang iya aku melihat mata anakku seperti kurang tidur “celong”. Dan, di otakku juga muncul rasa ego, ingin mengerjakan beberapa aktifitasku yang tertunda untuk menemani anakku makan. Belum lagi kalau adiknya yang bayi nangis, rasanya mau nangis, dan ingin nyerah kasih dia makan. 

Trial dan Error aku jalani dari hari ke hari untuk nemenin dia makan yang belum ada perkembangan kelahapannya. Sampai di minggu kedua, aku mulai menemukan cara supaya dia makan lahap tanpa disengaja, jadi aku nemenin dia makan sambal cerita, gak langsung nyodorin sendok, aku cerita-cerita dulu ya tentang apa aja, untuk mancing dia cerita juga, lalu mulai tuh sendok masuk ke mulutnya, sesuap sdemi sesuap, sampai akhirnya habis meskipun tidak secepat biasanya tapi ini sudah ada peningkatan di banding minggu lalu. 

Hari ke hari terlewati. Sampai akhirnya waktu aku lagi nemenin dia makan, dia tiba-tiba ngomong “Mah, aku punya adenya satu aja ya”. Mata aku langsung berkaca-kaca, merasa bersalah. Apakah selama ini sejak adenya lahir dia merasa kesepian? Adenya saat ini berusia 3 bulan lebih. Aku langsung memeluk anakku yang sulung, sambal berbisik minta maaf. Semisal momen GTM ini karena dia sedang cari perhatian, beruntung, aku gak nyerah nemenin dia di momen-momen GTM ini. Aku juga jadi semangat untuk belajar bikin dia nyaman menjalani hidupnya menjabat sebagai kaka di usia kecilnya. 

Gak nyangka momen GTM ini jadi momen aku menikmati waktu bareng bayi sulungku itu, dan aku jadi ikut makan juga hihihi, nambah durasi jam makan, karena sambal nyuapin aku juga makan supaya dia semangat makan, hihihi. Di pertengahan bulan Mei ini, Masya Allah, dia udah bisa makan sendiri lagi di beberapa waktu, tapi kalau dia terlihat sedikit-sedikit makannya, aku langsung mode ON, sebagai Ibu Peri menemani dia makan, dan menyuapinya lagi.

Ternyata jadi anak kecil juga bisa ada rasa takut, kesepian, dan penolakan. Gak lagi-lagi deh bilang “enak ya jadi anak kecil” karena anakku sekecil itu harus ngerasain kesepian, cari-cari cara biar bisa aku temenin yang sebenernya itu ngerugiin dia, karena gak mau makan. Sekarangg aku selalu bersyukur,, mengucap hamdallah setiap dia makan sendiri, karena anak yang mandiri adalah kenikmatan untuk orangtuanya, dan untuk jadi mandiri itu tak semudah itu, apalagi anak sekecil itu.

Maafin aku ya Kak….  Terimakasih sudah berjuang bersama melewati momen GTM ini. Lup Lup! 


“Allahumma Bariklii Fii ‘Aulaazdii Waahfathhum Wa Laa Tathurra Hum Waarzukna Birrohum."

Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah kebaikan yang banyak kepada anak-anak hamba, jagalah mereka dan jangan Engkau celakakan mereka. Karuniakanlah kepada kami ketaatan mereka.”

Komentar